Kamis, 19 Januari 2017

Serba-serbi sapi (perah)

1. Sapi
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. Seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%.
Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang.
Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Hal-hal utama yang harus diperhatikan dalam peternakan sapi perah adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, kebersihan kandang serta kesehatan ternak yang dipelihara.
2. Jenis-jenis sapi
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Sapi memiliki dua jenis yang berbeda, yaitu sapi yang digunakan sebagai sumber daging, dan penghasil susu. Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Madura, sapi Brahman (India), sapi Aberdeen angus (Skotlandia), dan sapi Simental (Swiss).
Sedangkan jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
Jenis sapi perah yang biasa dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  • Warna bulu putih dengan bercak hitam.
  • Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg.
  • Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas.
  • Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja.
  • Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 – 18 bulan.
  • Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.
3. Sistem pengembangbiakan
Pengelompokan sapi perah dapat dibedakan menjadi sapi pedet, sapi dara,d an sapi dewasa. Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Sapi Pedet : Sapi pedet ini merupakan sapi yang baru lahir. Sapi pedet ini harus diperhatikan kadar makanan dan pemberian susu.
Sapi dara : Sapi betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan.
Sapi Betina Dewasa : Sapi betina yang siap bunting!

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
  1. Produksi susu tinggi,
  2. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
  3. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
  4. Bentuk tubuhnya seperti baji,
  5. Matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
  6. Ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
  7. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
  8. Tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
  1. Berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
  2. Kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
  3. Jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
  4. Pertumbuhan ambing dan puting baik,
  5. Jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
  6. Sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. Umur sekitar 4-5 tahun,
  2. Memiliki kesuburan tinggi,
  3. Daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
  4. Berasal dari induk dan pejantan yang baik,
  5. Besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
  6. Kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
  7. Muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
  8. Paha rata dan cukup terpisah,
  9. Dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
  10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
  11. Sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
Saat ini kebanyakan dari sapi perah menjalani inseminasi buatan. Sumber bibit pejantan unggulan didapatkan dari pusat inseminasi buatan, salah satu tempat inseminasi buatan yaitu di Lembang Bandung. Untuk menghasilkan bibit unggul dilakukan Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku dari BIB Lembang dan BIB Singosari
4. Kandang sapi
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi
Lantai kandang memiliki drainase yang baik, dan harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
5. Makanan
Makanan merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan hewan ternak. Makanan yang berkualitas dan cukup akan menghasilkan susu yang baik dengan kuantitas yang banyak.
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
  • Sistem penggembalaan (pasture fattening). Sapi dibiarkan mencari makan sendiri.
  • Sistem kereman (dry lot fattening). Sapi dikandangkan
  • Kombinasi cara pertama dan kedua.
Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari..
Pakan sapi perah umumnya dibagi tiga :
  1. Hijauan : Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum): Lamtoro, turi, gamal
  2. Konsentrat : Dedak, bunkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung kedelai yang juga merupakan sumber karbohidrat.
  3. Limbah pertanian : Jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.
Pakan yang diberikan kepada sapi perah secara umum berupa hijauan 60 % dari BK (berat kering) dan 40 % Konsentrat. Dalam hal ini hijauan yang digunakan 75 % rumput alam dan 25 % rumput unggul. Sebagai contoh bila berat sapi 450 kg dan produksi susu 13 kg / hari lemak 3,5 % dapat diberikan pakan : rumput alam 21 kg, rumput gajah 7,5 kg dan konsentrat pabrik 6 kg.
6. Susu sapi
New Zealand merupakan negara pengekspor susu sapi paling banyak didunia, dan Jepang merupakan negara importir sapi terbesar di dunia.
Pemerahan sapi dapat dilakukan secara tradisional, maupun cara modern. Pemerahan secara tradisional yaitu teknik pemerahan menggunakan tangan. Sedangkan cara modern menggunakan mesin.
Pemerahan secara tradisional memang memakan waktu lebih lama, dan membutuhkan pekerja yang banyak, namun lebih nyaman bagi sapi (menghindari terlukanya ambing sapi). Pengelolaan dengan mesin akan lebih cepat, namun perlu diperhatikan teknik penggunaan alatnya, supaya ambing sapi tidak terluka.
Susu sapi yang sudah diperah, biasanya dimasukkan ke dalam mesin pendingin supaya susu tidak cepat rusak. Baru setelah itu diolah. Beberapa produk olahan susu sapi antara lain susu bubuk, krim, mentega, dan keju.
7. Kesehatan & penyakit
Sapi itu seperti manusia, senang di tempat yang nyaman, dan bersih. Hasil susu dari sapi yang terawat akan lebih banyak daripada sapi yang dibiarkan kotor. Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
  • Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi. Sapi dimandikan setiap hari, terutama sebelum pemerahan susu.
  • Sapi yang sakit dipisahkan dari sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
  • Mengusakan lantai kandang selalu kering.
  • Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Sapi juga memerlukan olahraga untuk kesehatan, biasanya dilakukan exercise (gerak jalan) disekitar kandang, pemeliharaan kuku, kebersihan badan, dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, kebuntingan dan beranak.
Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah antara lain:
Radang Ambing / Mastitis
Penyebab : Bakteri Streptococcus agalactiae dan Staphilocossus aureus
Gejala : (pada mastitis akut) pembengkakan pada ambing, panas, keras dan terasa sakit diikuti demam, lemah dan nafsu makan hilang.
Pencegahan : Kebersihan kandang terutama pada lantai
Pengobatan : Antibiotik seperti pennicilin, Terramycin dll.
Antrax
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala : Demam tinggi, badan lemah dan gemetar; gangguan pernafasan; pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian : vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
Brucellosis
Penyebab : Kuman Brucella
Gejala : Biasanya terjadi keguguran pada kebuntingan 5 – 8 bulan.
Pencegahan : Pemeriksaan darah secara berkala, menjaga kebersihan kandang ternak, dan Vaksinasi.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala : rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; demam atau panas, suhu badan menurun drastis; nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; leher, anus, dan vulva membengkak; paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: Vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; kulit kuku mengelupas; tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pencegahan : Menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering
Pengobatan : Memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali.
8. Serba serbi sapi
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini.
Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari.
Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.
PROSEDUR PEMELIHARAAN TERNAK
Sanitasi Kandang dan Pemerahan di Kandang Laktasi
04:00 : Memandikan dan membersihkan kandang
04:30 : Mencuci mesin perah dan persiapan alat-alat pemerahan
05:00 : Persiapan pemerahan : Perangsangan dengan air hangat, strip cup, pemerahan, dipping (semprot disinfektan)
06:30 : Membersihkan mesin perah
07:30 : Pemberian hijauan
07:45 : Pemberian konsentrat
08:00 : Kontrol bak air minum dan pengisian bak air minum
10:00 : Membersihkan kandang dan lingkungan
10:30 : Pemberian pakan tambahan
11:00 : Pemberian rumput tambahan
12:30 : Pemberian konsentrat, dan kontrol bak air minum
14:00 : Membersihkan kandang dan lingkungan
15:00 : Mencuci mesin perah dan persiapan alat-alat pemerahan
15:30 : Persiapan pemerahan : Perangsangan dengan air hangat, strip cup, pemerahan, dipping (semprot disinfektan)
16:30 : Membersihkan mesin perah
16:45 : Pemberian hijauan dan konsentrat

Pakan Ternak (konsentrat)
Dokumentasi mengenai istilah bahan pakan ternak yang didapat dari hasil ikutan pengolahan dan industri pangan (industrial by-product) dari bahan nabati. Catatan ini mengulas dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, dan onggok (ampas ketela pohon).
Dedak Padi
Dedak padi (hu’ut dalam bahasa sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan zatnya.
Ketiga bagian tersebut adalah:
  • Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
  • Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.
  • Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna.
Berhubung dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut diatas maka nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut. Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
Dedak Kasar
Adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah.
Analisa kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati 19
Sebenarnya dedak kasar ini sudah tidak termasuk sebagai bahan makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan serat kasarnya relatif terlalu tinggi (35.3%)
Dedak halus biasa
Merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna.
Analisa nutrisi: 16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53
Dedak lunteh
Merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa tempat dedak ini disebut juga dedak murni.
Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3% protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu serta nilai MP adalah 67.
Bekatul
Merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahan-pecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat.
Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70.
Dalam perdagangan harus cukup teliti dan waspada karena dedak sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
Dedak Jagung
Dedak jagung merupakan hasil sisa ikutan dari penggilingan jagung yang banyak terdapat di daerah-daerah yang makanan pokok dari penduduknya adalah jagung, seperti Madura dan daerah industri dan pertanian Jagung lainnya. Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak hanya cara penyimpanannya yang agak sukar karena bersifat higroskopis sehingga mudah menjadi lembab sehingga cepat rusak.
Analisa nutrisi: 9.9% air, 9.8% protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.
Bungkil Kelapa
Karena (setidaknya ketika jurnal ini dibuat) minyak kelapa menduduki tempat pertama dalam memenuhi kebutuhan manusia akan minyak goreng, bungkil kelapa sangat mudah didapatkan. Harganya pun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bungkil kacang tanah. Kadar proteinnya paling rendah diantara bungkil-bungkil yang lain, namun nilai martabat makanannya cukup tinggi karena zat-zat yang dikandung bungkil kelapa mudah dicerna.
Yang disebut bungkil kelapa ini biasanya adalah hasil sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu.
Sangat baik diberikan pada sapi perah sebab dapat meningkatkan kadar lemak susu sehingga meningkatkan kualitas susu. Pemberiannya tergantung pada berat badannya yaitu antara 1.5 – 2.5 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk babi antara 0.75 – 1.5kg/ekor/hari.
Baik pula diberikan pada ayam dengan pemberian sampai +/- 25%.
Untuk kuda juga dapat diberikan hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan diare.
Analisa nutrisi: 11.6% air, 18.7% protein, 45.5% bahan ekstrak tanpa N, 8.8% serat kasar, 9.6% lemak dan 5.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) 81.
Bungkil Kacang Tanah
Bungkil ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang, baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan.
Baik untuk digunakan sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam. Hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya karena kadar lemaknya yang cukup tinggi dan harganya relatif mahal.
Analisa nutrisi: 6.6% air, 42.7% protein, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.9% serat kasar, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.
Onggok
Merupakan hasil sisa dalam pembuatan tepung kanji. Dapat diberikan pada ternak sapi dan babi sebagai komposisi ransumnya. Ampas ketela pohon ini berguna sebagai sumber karbohidrat untuk stimulasi dalam pembuatan silase.
Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% bahan ekstrak tanpa N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% abu serta nilai MP adalah 76.

Grafik pertambahan berat badan sapi
milk products
————————————————————————————————————————————————-
————————————————————————————————————————————————-
sumber: kamil,insan.serba-serbisapi(perah).https://bangkamil.wordpress.com/farm/.diaksestanggal20januari2017

Jenis Kambing Etawa di Indonesia

 IMG-20131128-00639  

Kambing etawa adalah salah satu jenis kambing yang cukup diminati untuk diternak dan dikembangkan terutama di indonesia. Jenis kambing ini berasal dari negara india, seringkali kambing ini bisa dijumpai di wilayah sekitaran sungai. Kambing ini juga sering disebut kambing jamnapari.

Kambing etawa lebih sering dijadikan sebagai hewan ternak. Adapun ciri-ciri fisik kambing etawa adalah sebagai berikut, untuk kambing jantan dewasa memiki tingggi kurang lebih 90 cm sampai 127 cm dengan bobot berkisar 91 kg, sedangkan untuk kambing betina memiliki fisik dengan tinggi kurang lebih 92 cm dan untuk beratnya sekitar 63 kg. badan yang kokoh tinggi dan leher yang kuat dan sedikit memanjang. Ada pun ciri fisik lainya kambing ini memiliki telinga yang cukup panjang ke bawah serta mempunyai dahi dan hidung yang berbentuk cembung.


Jenis Kambing Etawa 


Sebenarnya secara varian kambing etawa hanyalah satu jenis saja. Dikarenakan di indonesia memiliki keragaman budaya, bahasa maka munculah beberapa istilah dan jenis juga yang dibedakan dari berbagai kelas. Berikut jenis jenis kambing etawa.

Kambing Etawa Super


Kambing etawa super merupakan kambing kontes yang memiliki fisik yang bisa dibilang paling bagus diantara varian lainnya. Kambing jenis ini sangat cocok untuk dipelihara serta kambing ini juga memiliki harga jual yang tinggi. Cara mernjualnya pun lebih mudah dari pada kambing yang kualitasnya di bawahnya. Para penggila kambing etawa yang berkualitas bahkan rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit demi mendapatkan jenis kambing etawa super, harga berapa pun tidak jadi masalah Yang menjadi masalah adalah kebayakan para pemilik kambing ini enggan untuk menjual kambingnya. Transaksi jual beli kambing ini biasanya terjadai saat diadakannya kontes dan pasti dengan harga yang sangat fantastis.

Kambing Etawa Kaligesing

       http://kambingkaligesing.com/wp-content/uploads/2014/04/IMG-20131210-00770.jpg

Kambing etawa kaligesing merupakan kambing hasil persilangan antara varian lokal dengan kambing etawa india. Varian ini pertama kali dibudidayakan di daerah purworejo lebih tepatnya di daerah Kaligesing.Ciri fisik kambing ini tidak jauh berbeda dengan kambing etawa asli. Perbedaannya terletak pada warna bulu yang sangat bermacam-macam. Mulai dari hitam, coklat, bercak - bercak serta warna belang. Bulu dari jenis kambing ini cukup lebatt dan lembut pula. Kambing Kaligesing juga merupakan kambing uang cukup berkualitas dan banyak dipelihara sebagai koleksi. Walaupun secara fisik lebih kecil jika dibandingkan dengan kambing etawa super akan tetapi kambing etawa kaligesing juga sering diikut sertakan dalam sebuah kontes. Selain itu, kambing ini juga merupakan jenis kambing etawa yang banyak diternak dan dipelihara untuk diperah/diambil susunya.





Kambing Etawa Senduro


Kambing etawa senduro merupakan kambing etawa yang putih bersih. Varian ini dibudidayakan di daerah Lumajang, Jawa Timur. Lebih tepatnya di daerah lereng gunung berapi, di daerah Senduro. Kambing ini disebut senduro sejak terjadinya bencana gunung berapi di Lumajang. Hingga saat ini kambing etawa senduro dibudidayakan dan memiliki penggemar tersendiri. Fisik kambing ini lumayan besar membuat varian ini cukup digemari selain itu kambing jenis ini juga mampu memproduksi jumlah susu yang lebih banyak.

sumber :
armanplur,2012.jeniskambingetawa.http://gemmovement.blogspot.co.id/2016/04/jenis-kambing-etawa-di-indonesia.html.diaksestanggal20januari2017 

Ternak Itik Petelur



Itik petelur bukanlah hewan yang asing bagi sebagian masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Bahkan di beberapa daerah di Jawa, menjadikan ternak itik petelur sebagai mata pencaharian utama. Bukan isapan jempol belaka, keuntungan yang didapatkan sangat menggiurkan sehingga banyak orang tidak lagi takut berkotor-kotor demi mendapatkan pundi – pundi rupiah. Tidak sulit untuk mencari orang yang tahu bagaimana cara budidaya itik petelur. Intinya kesabaran dan tekad yang kuat sangat diperlukan, karena berbeda dengan jenis pedaging yang dilihat dari ukuran, itik petelur wajib kita kontrol gizi dan produksi nya secara berkala, bahkan hampir setiap hari. 


Sebelum kami tuliskan satu persatu mengenai tips beternak itik petelur, ada baiknya anda mengetahui beberapa poin tentang budidaya itik seperti sarana kandang, bibit yang unggul, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran.

Sarana & Kandang Itik Petelur
Secara umum, kandang yang baik bagi itik adalah memenuhi beberapa syarat berikut :
1. Suhu di dalam kandang tidak boleh lebih dari 40 derajat celcius dan tidak kurang dari 35 derajat celcius.
2. Kandang boleh lembab asal tidak melebihi toleransi sebanyak 60%.
3. Penerangan memadai di tiap sudut kandang sehingga memudahkan kita dalam menata ulang kandang sewaktu – waktu.
4. Manajemen bahan yang efektif. Tidak harus mahal namun dapat dibuat dengan bahan murah yang dapat dipergunakan dalam waktu lam.
5. Persiapkan kebutuhan seperti tempat makan dan minum sedini mungkin.

 


Pembibitan Itik Petelur Unggul
            Pembibitan merupakan kunci sukses dalam ternak bebek petelur. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggunakan bibit yang benar – benar unggul dan terbukti kualitasnya. Harga mahal itu relatif. Sesuaikan dengan kualitas. Karena jika bibit yang anda gunakan hanya berkualitas biasa, maka hasilnya juga tidak akan memuaskan. Carilah bibit tetas dari peternak terpercaya. Dalam mendapatkan bibit itik, ada beberapa cara yang dapat kita tempuh, diantaranya yaitu :
1. Membeli dan memelihara indukan itik yang unggul dan telur tetasnya kita taruh di sarang                                                               ayam atau mentok sehingga diperoleh bibit yang kita inginkan.
2. Mencari indukan unggul yang terjamin dan kita beli telur tetasnya
3. Membeli bakalan atau starter itik berusia 1 hari hingga 1 setengah bulan, dikenal dengan DOD. Konsultasikan hal ini terlebih dahulu
kepada yang lebih ahli. Jika perlu minta rekomendasi peternak yang memiliki DOD yang bagus.Yaitu tidak cacat dan berwarna kuning cerah yang mengkilap.

Perawatan bibit itik petelur unggul
            Setelah kita dapatkan bibit itik petelur tersebut. Kita masuk pada fase selanjutnya dalam hal pembibitan, yaitu bagaimana merawat bibit itik tersebut sehingga dapat menjadi seperti apa yang kita inginkan. Saya beri contoh, setelah kita mendapatkan bakalan starter DOD yang unggul, kita wajib segera menangani nya, bibit itu harus segera kita masukkan ke dalam kandang indukan yang sudah kita bahas diatas.
            Jagalah dan pastikan temperatur suhu dapat mencapai sudut kandang, agar semua bibit tersebut mendapatkan perawatan secara merata. Maksimal 1 meter persegi box atau kotak dapat menampung 50 ekor bibit. berikan pakan yang sesuai dengan usia itik, jika masih starter atau bakalan, maka berikan banyak vitamin dan mineral ke dalam air nya. Gunanya menjaga ketahanan itik dari hama dan penyakit yang disebabkan oleh stress.

Perawatan calon induk itik
            Setelah kita melalui proses perawatan bibit, ada baiknya kita segera menentukan kemana nantinya calon induk itik petelur akan dipasarkan, dan dalam bentuk apa. Ada dua jenis telur itik yang nantinya akan mempengaruhi proses produksi. Yang pertama yaitu calon induk itik untuk telur konsumsi, dan yang kedua adalah induk itik untuk telur tetasan. Dalam memproduksi telur tetasan, hal yang wajib kita sediakan adalah pejantan, umumnya satu pejantan harus kita persiapkan untuk 6 ekor itik betina. Untuk mendapatkan telur tetas yang subur dan terbuahi oleh pejantan, kita dapat mencapainya dengan pakan buatan maupun dengan perkawinan alami dengan itik betina. Untuk hal lainnya dalam perawatan, tidak ada hal lain yang membedakan. Oleh karena itu, sebaiknya penentuan telur itik kita lakukan sebelum calon induk layak produk.

Pemeliharaan & Pakan Itik Petelur
            Pemeliharaan adalah hal yang paling utama di atas segalanya dalam usaha budidaya itik petelur. Indukan yang bagus pun tidak akan subur dan menghasilkan jika pakan dan metode pemeliharaan yang kita terapkan itu salah. Dan sebaliknya, indukan yang kualitasnya biasa saja dapat menghasilkan jumlah telur yang optimal jika jika kita sudah menemukan cara pemeliharaan yang baik dan benar. Ada beberapa hal yang jika kita bisa lakukan secara terprogram, maka hasil yang optimal dapat kita capai, dan resiko penyakit maupun kematian dapat diminimalisir.

1. Kita jaga kebersihan kandang, amati secara berkala, apakah kandang perlu dibersihkan atau tidak.           Umumnya kandang yang kotor rawan menimbulkan bakteri dan jika masuk ke dalam tubuh itik akan timbul suatu penyakit dan mengurangi keberhasilan ternak. Selain itu biaya pengobatan itik juga dapat memotong keuntungan dari hasil produksi. Bila perlu kita sterilkan kandang dengan obat secara berkala.

2. Konsultasikan masalah dan penyakit yang timbul kepada dokter hewan dengan segera. Penanganan yang lambat akan sangat merugikan jika penyakit tersebut menular kepada itik yang lain. Bila perlu catat periode dimana penyakit mulai melanda dan perkiraan kesembuhannya.

3. Pemberian pakan wajib disesuaikan dengan fase dan usia itik petelur tersebut. Umunya terbagi menjadi tiga fase, yaitu starter, grower, dan layar. Ketiga fase tersebut dapat kita berikan pakan langsung buatan pabrik yang banyak tersedia di toko peternakan. Sesuaikan usia itik dengan fase yang tertera pada kemasan pakan. Untuk pemberian kita dapat menyesuaikan karakteristik itik tersebut berdasarkan usia, Pada usia 0 sampai 2 minggu kita berikan makanan pada wadah yang rata(tray). Diatas tdua minggu, kita dapat mulai menaburkan pakan di lantai, tetapi tetap kita berikan juga di wadah yang rata tadi. Pada usia 3 minggu hingga satu bulan, itik sudah terbiasa dengan pakan di lantai. Usia diatas dua bulan, kita sudah bisa mulai mengenalkan pakan buatan agar itik dapat mendapat nutrisi yang baik dan mulai memproduksi telur. Biasanya berbentuk ransum yang terbuat dari berbagai macam campuran. Mengenai ransum akan kita bahas lebih mendetail di artikel selanjutnya. Setelah fase ransum berhasil, kita sudah bisa memberi makan secara ad libitum terus menerus dan disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
Sedangkan air, berikan vitamin dan mineral untuk itik usia kurang dari satu minggu. Selanjutnya lewat satu minggu, kita dapat terus menerus mengisi air dan posisi air ada di pinggir kandang. Setelah itik masuk usia satu bulan, baru lah kita buat tempat minum dengan panjang 2 meter untuk 200 hingga 300 ekor itik dalam satu kandang dan diberikan secara terus menerus.

Pemanenan & Pemasaran Telur Itik
            Perlu diketahui, itik / bebek biasanya bertelur saat dini hari. Jadi jika kita melihat nya pada pukul 6 pagi, maka bisa dipastikan bahwa itik tidak akan bertelur lagi. Kita boleh mengeluarkan itik dari dalam kandang dan mulai memanen telur itik satu persatu. Wadah telur dapat kita buat dari keranjang yang berbentuk cekung. Jangan terlalu lama membiarkan atau menyimpan telur itik terlalu lama karena mudah busuk. Jika tidak diawetkan lebih baik langsung anda pasarkan.
Untuk pemasaran kami bisa menjamin bahwa anda tidak akan kekurangan penadah / pengumpul. Karena selama ini kebutuhan telur itik yang sangat tinggi tidak diimbangi dengan hasil produksi yang meningkat. Selain melalui penadah, kita juga bisa langsung menjualnya ke pasar atau ke rumah makan dalam bentuk telur asin. Disamping kurangnya hasil produksi, banyak para peternak itik petelur yang berhenti di tengah jalan karena putus asa melihat kurangnya produktivitas itik ternakannya. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran ekstra dan ketangkasan dalam budidaya itik.


Sumber : panduan-lengkap-ternak-itik-petelur.2014.http://disnak.kalselprov.go.id/2014/09/04/.panduan-lengkap-ternak-itik-petelur.html.diakssestanggal20januari2017

Teknologi Pakan Ternak



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

            Hijauan Makanan Ternak merupakan bahan pakan utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha pengembangan peternakan terutama untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satu factor penting yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan.
            Kendala utama di dalam penyediaan hijauan makanan ternak yakni produksinya yang tidak tetap sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali. Oleh karena itu dalam mensiasati ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan hijauan agar supaya hijauan pakan selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut, ataupun dapat dengan memanfaatkan limbah pertanian untuk dapat membuat pakan ternak.






1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara pembuatan pakan dengan “Amofer” ?
2.      Bagaimana cara pembuatan pakan dengan “Strawmix” ?
3.      Bagaimana cara pembuatan pakan dengan “Burger” ?
4.      Bagaimana hasil akhir dari pembuatan “Amofer”?
5.      Bagaimana hasil akhir dari pembuatan “Starmix”?
6.      Bagaimana hasil akhir dari pembuatan “Burger”?

1.3  Tujuan Pengamatan
2.      Mengetahui cara pembuatan pakan dengan “Amofer”.
3.      Mengetahui cara pembuatan pakan dengan “Strawmix”.
4.      Mengetahui cara pembuatan pakan dengan “Burger”.
5.      Mengetahui hasil akhir dari pembuatan “ Amofer”
6.      Mengetahui hasil akhir dari pembuatan “ tarwmix”
7.      Mengetahui hasil akhir dari pembuatan “ Burger”






BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Amofer
Amofer adalah singkatan dari amoniasi dan fermentasi.  Bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan amofer adalah jerami padi.
Amoniasi dan fermentasi jerami padi merupakan perpaduan teknologi antara teknik amoniasi dan teknik fermantasi yang dapat meningkatkan kadar protein dan daya cerna. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam (2011) yang menyatakan bahwa amoniasi  dan fermentasi jerami padi merupakan suatu metode pengolahan jerami yang dapat memecah ikatan selulosa, hemiselulosa dan lignin sehingga jerami lebih mudah untuk dicerna.   
Apa amoniasi itu ?
Amoniasi adalah salah satu perlakuan penambahan bahan kimia pada pakan yang berserat tinggi, yaitu amonia atau urea (Wahid, 2010). Dijelaskan lebih lanjut bahwa bahan kimia seperti urea lebih disukai karena banyak tersedia sampai di pedesaan. Penggunaan urea dengan takaran tepat, cukup air, temperatur sesuai dan masa inkubasi yang cukup akan meningkatkan daya cerna jerami padi di dalam pencernaan sapi sampai10% atau lebih.
Amoniasi merupakan proses pengolahan jerami yang praktis untuk menghancurkan ikatan lignin, selulosa dan silika yang menjadi penghambat daya cerna jerami (Maspary, 2010). Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan amoniasi juga akan meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat pada jerami padi. Selain itu juga akan membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme. Menurut Wahid (2010) pemberian jerami yang sudah diamoniasi dengan urea 6% pada sapi dapat meningkatkan konsumsi, daya cerna, berat badan dibandingkan dengan pemberian jerami tanpa amoniasi. Menurut (Jajo, 2009) amoniasi mampu meningkatkan nilai nutrisi pakan kasar melalui peningkatan daya cerna, konsumsi, kandungan protein kasar pakan dan memungkinkan penyimpanan bahan pakan berkadar air tinggi dengan menghambat pertumbuhan jamur.
Apa fermentasi itu ?
Untuk menjamin proses fermentasi berjalan dengan baik, bahan harus mengandung kadar air sekitar 60-70%. (Jajo, 2008).  Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (http://id.wikipedia.org, 2012).

Manfaat pembuatan Amofer Jerami Padi

            Amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak. Proses ini dapat menambah kadar protein kasar dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh dari amonia yang terdapat dalam urea (http://www.livestockreview.com, 2012). Dijelaskan lebih lanjut bahwa amonia berperan memuaikan serat selulosa.  Pemuaian selulosa akan memudahkan penetrasi enzim selulase dan peresapan nitrogen, sehingga meningkatkan kandungan protein kasar jerami.
Jerami yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diamoniasi (http://www.livestockreview.com, 2012).  Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar. Amoniasi juga sangat efektif untuk membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan aflatoksin yang ada di dalamnya.
            Dengan adanya penerapan teknologi Amoniasi dan Fermentasi (Amofer) maka jerami padi akan meningkat kualitasnya. Hal ini menyebabkan Pertambahan Bobot Badan (PBB) sapi bisa meningkat dari sebelumnya, sehingga keuntungan peternak meningkat(Hartono, 2010).

 2.2 Straw Mix

Straw mix adalah suatu produk campuran jerami dengan berbagai bahan, seperti bekatul dan molases yang berguna untuk membantu menaikkan kadar protein bahan pakan, meningkatkan konsumsi pakan dan merangsang nafsu makan ternak.

 Mengapa harus dibuat straw mix ?

Jerami merupakan bagian tanaman yang sudah tua yang memiliki kandungan lignin dan silikat yang menyebabkan daya cerna ternak ruminansi rendah. oleh karena itu perlu penambahan bahan lain untuk meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan gizi jerami sehingga di sukai ternak, seperti bekatul dan molases. 
Penggunaan bekatul dan molases tersebut berfungsi sebagai penambah rasa untuk menambah nafsu makan ternak, sekaligus sebagai bahan pengikat antara bahan jerami dengan padi dan bekatul.


2.3  Burger Pakan


Sejumlah peneliti di Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta di bawah  bimbingan Prof. Dr Ali Agus, DEA, Pada tahun lalu membuat makana siap saji yang kandungan nutrisinya lengkap untuk hewan ternak . Di latar belakangi oleh Bencana Gunung Merapi yang mengakibatkan ribuan ternak kehilangan sumber pakannya, Burger Pakan menjadi solusi praktis dan efektif .                             Burger Pakan Ternak ini merupakan campuran dari berbagai bahan yang di ramu sehingga kandungan nutrisinya mencukupi kebutuhan ternak dan tidak perlu tambahan pakan lain termasuk hijauan kecuali air minum . Bahannya dari jerami, dedak, tetes tebu/molasses, dan mikrobia. Kandungan jerami yang kaya serat, dedak sebagai sumber protein penghasil energy, tetes tebu dan mikrobia sebagai proses fermentasi. Tetes tebu menimbulkan aroma yang menarik , sehingga sekali telan, nutriennya sudah lengkap seperti burger.
              Kelebihan dari burger pakan ini adalah bisa  bertahan 6 bulan, bahanya sederhana, pembuatannya mudah, dan biaya relative murah. Namun begitu pula kekurangannya yaitu dalam proses pembuatanya memerlukan mikrobia yang tidak mudah di dapatkan secara umum dan dalam penyajianya setelah kantong plastik di buka maka makanan harus habis hari itu juga.





BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

1.      Waktu Praktek
Pelaksanaan praktikum pembuatan pakan perencanaan usaha agribisnis Semester I di laksanakan pada tanggal 20 Desember 2016.
2.      Tempat Praktek
Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Pengolahan Pakan STPP Magelang, Jalan Magelang – Kopeng KM 7.

3.2 Pengolahan Jerami Padi

1.      Perlakuan fisik
Merubah struktur karbohidrat pada dinding sel.
2.      Perlakuan kimia
Untuk meningkatkan kecernaan dan konsumsi.
3.      Perlakuan biologi
Untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan dengan bantuan mikoba.





BAB IV
TAHAP PELAKSANAAN
4.1  Pembuaatan Amofer ( Amoniasi dan Fermentasi )


Bahan :
a.       Jerami padi 5 kg
b.      Starbio 30 gram
c.       Urea 30 gram
d.      Air 1 liter
e.       Kertas lakmus
f.       Larutan Aquades

Alat :
a.       Ember
b.      Timbangan
c.       Plastik
d.      Tali
e.       Gelas ukur
f.       Gunting
g.      Penggaris
h.      Spidol


  Cara Pembuatan :
a.       Menyiapkan alat dan bahan.
b.      Menimbang jerami sebanyak 5 kg, starbio 30 gram,urea 30 gram.
c.       Mencampurkan starbio dan urea tanpa menggunakan air.
d.      Menghamparkan jerami padi diatas lantai bersih, memercikkan air hingga tercampur rata mencapai kelembapan 60 %.
e.       Menambahkan campuran starbio dan urea kedalam jerami basah, lalu mengaduk hingga merata.
f.       Memasukkan campuran jerami kedalam plastik besar dengan cara sedikit demi sedikit dan dipadatkan kemudian mengikat plastik menggunakan rafia dengan memastikan benar- benar rapat.
g.      Mendiamkan selama 3 minggu untuk proses fermentasi.
h.      Membongkar dan mengangin anginkan selama ± 15 menit.
i.        Memberikannya kepada ternak



4.2  Strawmix



Bahan :
a.       Jerami Padi 3 kg
b.      Konsentrat 1 kg
c.       Molasses 1 liter
d.      Air secukupnya
e.       Kertas Lakmus
f.       Larutan Aquades
Alat :
a.       Timbangan
b.      Ember
c.       Gelas ukur
d.      Spidol




Cara Pembuatan :
a.       Menyiapkan alat dan bahan.
b.      Menimbang jerami padi sebanyak 3 kg, konsetrat 1 kg, molases 1 liter.
c.       Menghamparkan jerami diatas lantai bersih.
d.      Mencampurkan air dan molases kedalam ember.
e.       Memercikkan campuran molases dan air kedalam jerami dan menaburkan konsentrat diatas jerami.
f.       Mengaduk / mencampurkan semua bahan hingga merata dengan cara membolak-balikkan jerami.
g.      Strawmix siap diberikan kepada ternak domba/sapi.


4.3  Burger Pakan

Bahan :
a.       Jerami Padi 3 kg
b.      Konsentrat 1,5 kg       
c.       Molasses 0,5 liter
d.      Saus Burger Pakan 1 tutup botol
e.       Air secukupnya
f.       Larutan Aquades
g.      Ketas Lakmus
Alat :
a.       Timbangan
b.      Plastik
c.       Tali
d.      Ember
e.       Gelas ukur
f.       Gunting
g.      Penggaris
h.      Spidol



























Cara Pembuatan :
a.       Menyiapkan bahan dan alat.
b.      Menimbang jerami padi 3 kg, konsentrat 1,5 kg, molasses 1 liter, SBP satu tutup botol.
c.       Menghamparkan jerami padi diatas lantai bersih.
d.      Mencampurkan molasses, air dan saus burger pakan, lalu dipercikkan kedalam jerami.
e.       Menaburkan konsentrat diatas padi lalu mengaduk/mencampur hingga rata dengan cara membolak-balikkan jerami.
f.       Memasukkan campuran jerami kedalam plastik besar dengan cara sedikit demi sedikit dan dipadatkan (diinjak-injak), plastik diikat dengan tali dalam kondisi anaerob.
g.      Mendiamkan selama 3 minggu.
h.      Membongkar dan mengangin anginkan selama ± 15 menit
i.        Memberikannya untuk ternak
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1  Amoniasi Fermentasi (Amofer)
a. Bau
Pada  minggu ke 3 bau amonia menyengat, namun tidak ada bau busuk hal ini menandakan bahwa amofer yang kami buat masih bisa diberikan untuk ternak. 

b. Berat Amofer
            Berat total amofer yang kami buat  adalah 6 kg, sedangkan untuk amofer yang ditumbuhi jamur seberat 5 ons dan telah kami pisahkan sehingga amofer yang bebas dari jamur dapat diberikan untuk ternak

c. Tekstur
Pada minggu ke-3 tekstur menjadi lunak. Perubahan tekstur tersebut diakibatkan oleh adanya penguraian ikatan serat ( lignin atau selulosa ) pada jerami padi oleh amonia, sehingga tekstur dari jerami amoniasi berubah dari kasar atau keras menjadi lunak akibat adanya proses amoniasi. ya.

d. Warna
Berwarna kuning kecoklatan, perubahan warna tersebut akibat adanya penambahan amonia pada jerami padi yang diperam pada kondisi anaerob. Proses pemeraman ini berpengaruh terhadap jumlah kadar air, bau, dan warnanya, terutama bila jerami tempatkan di udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).

e. Jamur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan pada minggu ke-3 terdapat jamur di area atas dan bawah untuk bagian tengah tidak terdapat jamur. Kondisi ini disebabkan karena kurang padatnya dalam penyimpanan amofer ke dalam kantong plastik hingga masih ada udara yang terperangkap di dalamnya.

f. PH
Pengecekan ph dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel dari amofer yang telah di fermentasi kemudian di masukkan kedalam gelas ukur dan beri sedikit larutan aquades sambil di aduk setelah itu cek ph dengan menggunakan kertas lakmus untuk mengetahui phnya .Dari hasil pengamatan dapat di ketahui bahwa ph  amofer yaitu  5 yang berarti asam.

g. Pengujian Palatibilitas
            Hasil dari pengamatan yang kami lakukan setelah amofer diberikan kepada ternak sapi ternyata sapi tidak menyukai amofer dan lebih memilih untuk memakan hijauan yang ada di sampingnya.



5.2  Straw Mix
            Pada  fermentasi pembuatan straw mix tidak harus di simpan terlebih dahulu, jadi bisa langsung di berikan pada ternak secara langsung. Tekstur  yang basah ,dengan aroma atau bau asam dari molases, dan warna jerami tampak coklat cerah .
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pemberian straw mix pada ternak sapi menunjukkan palatabilitas tinggi artinya straw mix langsung habis di makan.


5.3. Burger pakan

a. Bau
Pada  minggu ke 3  setelah hasil fermentsi di buka maka tampak jerami berbau asam segar ,tidak bau tengik itu tanda bahwa pakan ternak layak di berikan kepada ternak .
b. Berat Burger Pakan
            Berat total burger pakan setelah kami timbang yaitu sebesar 7,5 kg, namun ada bagian yang terdapat jamur yaitu seberat 1,5 ons.
c. Tekstur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tekstur dari hasil fermentasi pada minggu ke-3 tekstur tetap dan jerami tidak rusak atau hancur.
d. Warna
Berwarna coklat kehitaman atau coklat pekat. Perubahan warna tersebut akibat adanya  fermentasi penambahan molases pada jerami padi yang diperam pada kondisi anaerob. Proses pemeraman ini berpengaruh terhadap jumlah kadar air, bau, dan warnanya..
e. Jamur
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan  terdapat jamur pada minggu ke-3. Jerami terdapat jamur di bagian atas dan bawahnya menunjukkan bahwa dalam memadatkan kurang penekanan dan dalam pengikatan kurang rapat sehingga menyebabkan timbulnya jamur pada hasil fermentasi. Pembuatan fermentasi  jerami padi tersebut berhasil karena di tunjang dengan factor lainnya yang mendukung seperti tekstur,bau dan warnanya. Sehingga burger pakan bisa diberikan pada ternak dengan memisahkan terlebih dahulu dari pakan yang ada jamurnya tadi. 
f. PH
Pengecekan ph dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel dari Burger yang telah difermentasi kemudian di masukkan kedalam gelas ukur dan beri sedikit larutan aquades sambil di aduk setelah itu cek ph dengan menggunakan kertas lakmus untuk mengetahui phnya .Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ph  burger yaitu  4. Dengan ph 4 ini menunjukkan bahwa burger pakan tersebut berhasil .
g. Pengujian Palatabilitas
            Menurut hasil dari pengamatan kami dengan cara memberikan burger pakan kepada ternak sapi ternyata sapi tidak begitu menyukai burger pakan yang kami buat
            Kami memberikannya pada 7 ekor sapi yang masing- masing sapi dapat menghabiskan burger pakan dalam waktu :
Sapi 1  : 8 menit                            Sapi 4 : -
Sapi 2  : 7 menit 40 detik              Sapi 5 : 8 menit
Sapi 3  : 7 menit                            Sapi 6 : 9 menit 20 detik
                                                 Sapi 7 : 10 menit




BAB VI
PENUTUP

6.1 KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum pembuatan pakan ternak yang kami lakukan dapat disimpulkan, bahwa :
-          Pembuatan fermentasi jerami padi sebagai pakan ternak sapi sangat baik karena dapat memanfaatkan limbah pertanian dan menambah nilai kandungan gizi pakan yang diberikan pada ternak.
-          Fermentasi jerami padi memerlukan kondisi anaerob dan apabila terdapat udara maka akan menimbulkan jamur.
-          Untuk pakan strawmix langsung diberikan pada ternak.
6.2 SARAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pakan ternak diantaranya :
-          Kadar air yang digunakan harus tepat dan sesuai, sehingga fermentasi yang dihasilkan tidak berbau menyengat dan warna jerami terlihat segar.
-         Saat penyimpanan ke dalam kantong plastik hendaknya benar- benar dalam kondisi yang padat sehingga tidak ada udara  terperangkap di dalamnya yang dapat menimbulkan tumbuhnya jamur karena dalam proses fermentasi perlu suasana an aerob sehingga apabila aerob dapat menumbuhkan jamur.
-         Untuk memperoleh hasil yang baik maka hendaknya mengikuti prosedur secara benar.
sumber: